Naskah Kuno Ciranggon Diuji di Belanda
NASKAH kuno yang berada di Kampung Ranggon Desa Ciranggon Kecamatan Majalaya, sampai saat ini belum bisa dibaca oleh ahli kepurbakalaan di Indonesia. Menurut pemilik naskah kuno tersebut, Aji Jannah (51), ahli kepurbakalaan kesulitan membaca naskah tersebut, karena aksara naskah kuno yang ia miliki lebih tua dari aksara Palawa.
"Karena kesulitan membaca naskah kuno, kemarin ahli kepurbakalaan menscan naskah tersebut, dan hasilnya akan dibawa ke Belanda untuk diteliti," ujar Aji Jannah. Aji mengaku, puluhan naskah kuno tersebut diberikan secara turun-temurun dari leluhurnya. Aji sendiri adalah generasi ke enam.
Sebelumnya adalah Abdullah, saefullah, Zaiban, Ohen, Dama, dan Aji. Naskah kuno yang ia miliki, sebagian besar bermediakan kulit dan batang lontar. Sedangkan aksara di naskah tersebut hasil dari ukiran. Meski ia tidak tahu persis sejarah naskah tersebut, namun Aji mengatakan, sampai kapanpun ia tidak akan pernah menjualnya. "Pernah ada orang yang nawar salah satu naskah sampai Rp. 150 Milyar, namun saya tolak karena ini amanat," katanya.
Agar puluhan naskah kuno tersebut terpelihara dengan baik, dikatakan Aji, setiap satu minggu sekali Aji mencucinya dengan minyak muncang. Aji percaya, dengan minyak muncang, puluhan naskah kuno yang diamanatkan kepadanya tidak akan keropos. "Sudah turun temurun naskah itu dicuci dengan minyak muncang. Bahkan setiap bulan Maulud, saya mencucinya dengan bunga," tuturnya.
Ia menceritakan, pada saat setelah ia menerima naskah kuno tersebut dari orangtuanya di tahun 1970, Kakak pertamanya bermimpi bertemu dengan manusia berjubah putih. Dalam mimpinya, manusia berbaju putih berpesan agar Aji memelihara benar-benar naskah kuno tersebut. "Akhirnya saya menjadi kuncen, setelah diberitahu oleh kakak tentang mimpi yang dialaminya," terangnya.
Menurut Kepala Seksi Sejarah, Seni tradisional Dinas Budaya dan Pariwisata (Disbudpar), H. Firman Sopyan, Karawang adalah daerah yang paling banyak memiliki naskah kuno se-Jawa Barat. Dari 2000 naskah kuno di Jawa Barat, 300 diantaranya berasal dari Karawang. "Naskah kuno itu ada yang bahan dasarnya berupa bambu, kulit binatang, kulit kayu, dan kepompong," tuturnya.
Aksara-aksara yang beredar di Indonesia atau Nusantara pada jaman dulu merupakan aksara yang digunakan sebelum kedatangan aksara Arab atau Latin. Penggunaan aksara-aksara itu mungkin sudah digunakan awal abad 4 sesuai dengan prasasti-prasasti kerajaan jaman dulu. Aksara-aksara di Nusantara merupakan turunan dari aksara Palawa yang berkembang di India bagian selatan, dan merupakan turunan dari aksara Brahmi yang merupakan cikal bakal semua aksara di daerah Asia Selatan dan Asia Tenggara seperti di Indonesia, Malaysia, Brunai, Thailand dll.
Ia mengatakan, menurut penelitian yang dilakukan oleh salah seorang sejarawan Indonesia, Prof. Dr. Hj Nina Lubis, naskah-naskah tersebut kini tersebar di berbagai pelosok Karawang hingga ke Inggris dan Belanda. Naskah yang berisikan tentang sastra, sastra sejarah, sunda kuno, jawa kuno, paririmbon (kisah perjalanan), menurut Firman, rencananya akan dikumpulkan kembali di Karawang melalui museum Tarumanegara Pusat Sejarah Karawang (Pusaka) di tahun 2011. Sementara itu, Masyarakat Pernaskahan Nusantara (Manassa) dalam jangka waktu dekat ini berencana untuk menelaah salah satu naskah kuno milik Aji Jannah, warga Kampung Ranggon Desa Ciranggon Kecamatan Majalaya. Hal itu dikatakan oleh salah satu peneliti dari Manassa, Tika melalui pesan singkat.
Menurut informasi yang berhasil dirangkum, Manassa adalah sebuah organisasi profesi yang paling terdepan dalam mengawal tetap terjaganya eksistensi warisan budaya dalam bentuk naskah-naskah tulisan tangan. Manassa, melalui beragam aktivitasnya, dapat dianggap sebagai semacam lembaga advokasi yang berusaha menumbuhkan kesadaran masyarakat atas pentingnya melakukan restorasi, preservasi, dan penelitian atas naskah-naskah Nusantara. Semakin tingginya minat penelitian naskah Nusantara di sejumlah perguruan tinggi juga tak lepas dari advokasi Manassa. Mendengar naskahnya akan ditelaah, AJi mengatakan, siapapun boleh melihat dan menelaah naskah yang dimilikinya secara turun temurun. Meski demikian, menurutnya sampai saat ini belum ada yang bisa membaca naskahnya tersebut. "Silahkan saja, mudah-mudahan bisa dibaca dan bermanfaat," ujarnya.
Ia menuturkan, sebelumnya sudah ada empat belas orang ahli kepurbakalaan yang mencoba untuk membaca naskah kuno miliknya, namun kesulitan membaca naskah tersebut. Sebab, aksara naskah kuno tersebut diduga lebih tua dari aksara Palawa. AKhirnya ahli kepurbakalaan tersebut membawa soft copy naskah tersebut, dan membawanya ke Belanda untuk diteliti lebih lanjut. Menurut data yang diperoleh di Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Karawang, di Kabupaten Karawang setidaknya terdapat sekitar tiga ratus naskah kuno. Naskah kuno tersebut saat ini masih berceceran dan berada di tangan sejumlah masyarakat. Sebagian besar dari naskah kuno itu berupa tulisan Sunda kuno, Arab kuno, dan Jawa kuno. Sedangkan isinya, merupakan sastra, sejarah, dan primbon. Naskah-naskah itu ada yang ditulis pada daun lontar dan bekas kepompong. (*)
Semoga semakin terbuka lebar sejarah karawang
ReplyDeletekarawang kota sangat tua di dunia, sebelum adanya indonesia karawang sudah ada
ReplyDelete