Monday, July 6, 2015

Keindahan Dibalik Kotornya Pantai Cibendo



Panorama bawah laut Pantai Cibendo, Desa Ciparagejaya, Kecamatan Tempuran, ternyata lebih indah dari pemandangan di pesisir pantainya. Karang atau tumbuhan yang bergerak lemah gemulai mengikuti arus lautan, ditambah beragam ikan luat menyambut siapa saja yang berani menyelam laut utara Karawang tersebut.

Seperti yang diceritakan pengurus Persatuan Olahraga Selam Seluruh Indonesia (POSSI) Pengcab Kota Bogor dan klub selam Milakancana, Sarda.
Saat itu, ia bersama alumni SMAN 5 Karawang angkatan '97, Hadid Suherman, mencari tahu keberadaan Pulau Karang yang berlokasi di Desa Ciparagejaya, Kecamatan Tempuran. Survey ini dilakukan untuk mencari kebenaran tentang adanya laut yang jernih, dimana pastinya ada kehidupan panorama bawah laut di daerah tersebut. Perjalanan  dilakukan pada pukul 15.00 WIB dari Karawang kota ke Pantai Cibendo. Hanya membutuhkan waktu 1 jam, disana mereka memarkirkan mobil di depan pantai sebuah warung dekat kantor Desa Ciparagejaya. "Kebetulan sekali kami waktu itu berjumpa dengan ketua Karang Taruna Desa Ciparage, yaitu Kang Uus. Setelah Menceritakan tentang maksud dan tujuan kami, mereka bersedia membantu segala keperluan yang kami butuhkan, mulai tempat tidur untuk menginap dan juga penyewaan kapal kecil untuk mencapai Pulau Karang," ungkapnya.
Esok harinya, sekitar Pukul 05.00 WIB, mereka terbangun. Setengah jam kemudian sunrise muncul di ufuk laut timur. Sinarnya kuning kemerahan b
ersinar menghiasi permukaan laut menuju Pantai Cibendo. Setelah sarapan dan menyiapkan perlengkapan untuk selam, pukul 07.00 WIB, Hadid dan Sarda, siap berangkat dengan sebuah kapal nelayan kecil yang sudah standby di dermaga depan pelelangan ikan. Perjalanan dari Dermaga Ciparage ke Pulo Karang hanya 1 jam. Kapal tidak bisa merapat terlalu dekat dengan Pulo Karang yang dangkal, nahkoda memutuskan segera melempar jangkarnya di tempat yang spotnya bagus. Air yang jernih membuat karang di bawah laut terlihat dari atas kapal. "Segera Komandan Hadid dan Kang Uus melakukan penyelaman, sedangkan saya melakukan observasi ke tonjolan karang yang muncul dari permukaan dengan berenang, tentunya dengan alat apung yang ada saat itu yaitu polifoam yang diikat oleh tambang pada tubuh. Lumayan berenang sekitar 300 meter dari kapal, cukup melelahkan dengan arus laut yang berlawanan," ungkap Sarda.
Menurut Sarda, keadaan karang di sekitar sudah rusak dan hancur. "Menurut cerita masyarakat asli setempat, Pulau Karang dahulu adalah hamparan daratan luas berpasir yang ditumbuhi hutan bakau. Eksploitasi besar-besaran bakau, karang dan pasir membuat Pulau Karang terkikis hampir hilang. Tapi menurut Kang Uus, bukan dari penduduk dan nelayan di Ciparage yang mengambil semua itu, mereka hanya nelayan mencari ikan saja,“ ujarnya.
Setelah hampir satu jam setengah menlakukan penyelaman (diving), akhirnya Hadid muncul dari permukaan. Dia berkata “Masih bisa terselamatkan”. Sambil memperlihatkan gambar-gambar dan rekaman video yang didapatnya di bawah laut. "Alhamdulillah, survey berhasil sesuai harapan. Terumbu karang beserta biota laut yang ada di Pulau Karang adalah aset wisata bahari yang perlu dijaga dan dilestarikan. Ternyata daerah kami memiliki aset wisata bawah laut yang sangat bagus, itu karena ketidaktahuan kami selama ini. Kami akan sampaikan bukti-bukti ini kepada semua. Ini perlu dilestarikan,“ ujar Uus dan Mawardi (anggota Mapalaska Unsika) yang juga ikut dalam survey.
Dikatakan Sarda, ekosistem terumbu karang merupakan bagian dari ekosistem laut yang penting, karena menjadi sumber kehidupan bagi beraneka ragam biota laut. Terumbu karang mempunyai fungsi yang sangat baik bagi kehidupan ini, baik dilihat dari aspek fisik ataupun dari aspek ekonomi bagi masyarakat sekitar. "Saat ini kami butuh dukungan dari semua pihak, baik dari masyarakat dan juga pemerintah daerah setempat," ungkapnya. (*)

No comments:

Post a Comment